Kamis, 29 Mei 2014

ISRA MI'RAJ


desa kaliangsana
Illustrasi : ISRA MI'RAJ


A. Pendahuluan

Perlu diketahui bahwa Isra Miraj merupakan bukanlah peristiwa yang sama, akan tetapi terpisah menjadi peristiwa Isra’dan peristiwa Mi’raj, Karena peristiwa Isra bersamaan dengan Mi’raj, maka kedua kata itu senantiasa digabungkan pemakaiannya menjadi Isra Mi’raj. Peristiwa Isra Mi’raj dinilai sebagai tonggak sejarah peradaban baru manusia. Kejadian itu tidak hanya menceritakan kebesaran Allah Swt. Saat memperjalankan nabi-Nya dari Mekah ke Yerusalem sekaligus mengangkatnya ke atas langit dan kembali lagi ke bumi dalam satu malam, tetapi juga bagaimana Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menunaikan ibadah shalat 5 waktu, yang sampai sekarang shalat 5 waktu adalah ibadah harian yang wajib didirikan oleh setiap umat Islam.

B. Pengertian Isra’ dan Mi’raj

Pengertian Isra’ Menurut Bahasa dan Istilah

Secara bahasa, Pengertian Isra’ adalah berjalan pada malam hari. Sedangkan Menurut Istilah Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjid Haram ke Masjid Al-Aqsa.

Pengertian Mi’raj Menurut Bahasa dan Istilah

Pengertian Mi’raj Menurut bahasa adalah tangga untuk naik ke atas. Sedangkan pengertian Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW naik dari bumi ke langit ketujuh dan dilanjutkan ke sidratulmuntaha hingga menerima wahyu di hadirat Allah Swt.

Jadi Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi pada malam hari dari Masjid Al- Haram ke Masjid Al-Aqsha kemudian dilanjutkan ke Sidrat al-Muntaha guna menghadap kepada Allah swt.
Israk Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan
mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah Radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.

C. Dalil Peristiwa Isra’ Mi’raj

Artinya: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi MahaMengetahui "(QS Al-Isra’ 17:1)

“Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”
(QS. An-Najm: 13-18)



D. Sejarah dan Kisah Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai Buraq bersama Jibril. Jibril berkata, ”Turunlah dan kerjakan Shalat !”. Rasulullah SAW pun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?” “tidak tahu”, kata Rasul. “Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril. Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir di kejar-kejar tentara Fir'aun, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi (Bethlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu. Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid, ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasulullah bertanya : “Siapakah mereka ?” Jibril menjawab : “Saudaramu para Nabi dan Rasul”. Kemudian Jibril membimbing Rasulullah kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasulullah melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”   (QS. An-Najm : 13 – 18).
Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah SWT tanpa ditemani Jibril. Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milik Allah, segala Rahmat dan kebaikan“. Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“. Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima perintah ibadah shalat“. Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa, Akupun menjadikan ummatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“. “Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”. Kemudian Rasulullah turun ke Sidratul Muntaha. Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk-Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”. Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu. Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar dan tidak terlintas dihati manusia semuanya masih kosong dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat Rasul kagum untuk seperti inilah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke Masjidil Haram menjelang subuh. Mendapat Perintah Shalat 5 waktu Agaknya yang lebih wajar untuk dipertanyakan, bukannya bagaimana Isra Mi’raj, tetapi mengapa Isra’ Mi’raj terjadi ? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada Al-Qur’an ayat 78 surat Al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat 5 waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut. Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila A. Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. 

E. Peristiwa-Peristiwa Yang Terjadi Ketika Isra’ Mi’raj

Ada beberapa peristiwa yang melingkupi Isra Mi’raj itu, selain hanya sekadar perjalanan dari Mekah ke Yerusalem dilanjutkan ke langit dengan kendaraan Buraq, tetapi tidak banyak orang yang mengetahuinya, yaitu: Pembelahan dada Nabi Muhammad saw. yang kemudian disucikan dengan air zamzam oleh Malaikat Jibril di samping Ka’bah sebelum berangkat ke Yerussalem. Nabi Muhammad SAW. menjadi imam atas nabi-nabi terdahulu ketika shalat sunnah dua rakaat di Masjid Al-Aqsa. Malaikat Jibril datang membawa dua gelas minuman yang berisi susu dan arak. Nabi Muhammad SAW. memilih susu yang mengisyaratkan bahwa umat Islam tidak akan tersesat. 
Di langit pertama, Nabi Muhammad SAW. bertemu Nabi Adam As.                                                       
Dilangit kedua bertemu Nabi Isa As dan Nabi Yahya As.
Di langit ketiga bertemu Nabi Yusuf As.
Di langit keempat bertemu Nabi Idris As.
Di langit kelima bertemu Nabi Harun As.
Di langit keenam bertemu Nabi Musa As.
Dan di langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim As.

Saat mendapatkan perintah shalat, Nabi Muhammad SAW. selalu berdiskusi dengan Nabi Musa As di langit keenam tentang bilangan shalat dalam sehari. Musa bertanya: "Apakah yang telah diwajibkan Tuhanmu kepada umatmu ? Nabi Muhammad SAW menjawab, “Sesungguhnya Allah memfardukan ke atasku serta umatku dengan 50 waktu sholat sehari semalam.”. kata Musa, 'Kembalilah kepada Tuhan mu, mintalah keringanan, karena umatmu tidak sanggup melakukannya. Aku sendiri telah mencoba terhadap bani Israil" 
Nabi Muhammad SAW kemudian kembali kepada Allah lalu beliau sujud kepada Allah dengan berkata: "Wahai Tuhanku, ringankan terhadap umatku apa yang diperintahkan-Mu. Sesungguhnya umatku adalah terlalu daif."
Firman Allah: "Sesungguhnya telah Ku-kurangkan untuk umatmu itu lima waktu sholat." Sholat yang tadinya diwajibkan 50 kali sehari itu dikurangi menjadi 45 kali saja. Nabi kemudian berulang-ulang pulang pergi antara Tuhan dengan Musa. Sehingga akhirnya Allah swt berfirman" Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah 5waktu sehari semalam. Setiap sholat fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, berarti lima waktu sholat fardu sama dengan lima puluh sholat fardu. Berkata Musa: “Kembalilah kamu kepada Tuhanmu wahai Muhammad, mohonlah keringanan sekali lagi dan sesungguhnya umatmu tiada kuasa untuk melaksanakannya."
Jawab Nabi Muhammad: “Sesungguhnya aku telah berulang alik kepada Tuhanku beberapa kali hingga aku merasa malu terhadap Tuhanku dan tetap aku laksanakan perintah-Nya ini."

F. Hikmah Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW

Perintah sholat dalam perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki ke istimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam). Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam Al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut. Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah Mi’raj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani? Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan Mi’raj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini. Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual. Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi. Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal Tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”. Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat. Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa : SHALAT adalah MI’RAJ-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini. Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Refferensi :




2 komentar:

  1. bagus info nya, cek juga disini http://www.dokterjalanan.id/2016/05/isra-miraj.html

    BalasHapus